MASJID AGUNG SURAKARTA


A.  
  Sejarah 
Tidak lama setelah pusat kerajaan Kartasura dipindahkan ke Surakarta pada 17 Februari 1745 M atau 14 Suro tahun 1670 Saka, maka 12 tahun kemudian sebuah masjid resmi yang didirikan oleh kerajaan mulai dibangun. Letaknya tidak begitu jauh dari  istana, yaitu disebelah barat alun-alun utara, menghadap ke timur. Untuk mudahnya ditirulah bentuk bangunan yang mirip Masjid Agung Demak yang didirikan oleh para Wali penyiar Agama di Jawa.
Pembangunan masjid yang luas ini dilakukan dalam berbagai tahap. Tahap pertama dilakukan pada zaman PB III yang juga memindahkan keraton dari Kartasura ke Solo. Pada masa PB IV dilakukan pembangunan mustaka (kubah baru) di puncak mesjid. Masa PB VIII (1830-1875) juga dilakukan penambahan beberapa ruangan. Ada tiga ruang baru pada masa itu yaitu, Pawastren (keputren) kiri dan kanan pada 1850, serambi yang berfungsi mirip dengan pendapa pada 1856 dan kubah dengan lapisan emas murni seberat 192 ringgit.
Pada masa PB X yang dikenal dengan pembangunan kotanya yang maju juga dilakukan pembangunan baru, yaitu kolam air yang diresmikan pada 1928 dan umum dapat ditemukan pada mesjid-mesjid Jawa di daerah lain. Bangunan lainnya adalah menara azan setinggi 25 m yang dibangun pada 1929.
Bangunan Masjid Agung Surakarta itu berbentuk ”Tajuk” ialah bangunan klasik dengan atap bersusun tiga. Oleh para wali itu ditafsirkan  sebagai pokok-pokok tuntunan Islam Yaitu  :
1. Iman :
Dilambangkan pada atap  paling atas. Maka maksudnya seseorang jika masuk agama Islam harus percaya kepada tatanan enam keimanan. Yaitu Percaya kepada ALLAH SWT, Malikat, Kitab Suci  Al-Qur’an, Rosulullah, Hari kiamat, dan takdir dari ALLAH SWT.
2. Islam :
Dilambangkan pada atap yang kedua, yang mengandung maksud bahwa syari’at Islam yang wajib dijalani ialah mengucapkan dua kalimat Syahadat, melakukan shalat, puasa, Zakat dan ibadah haji.
3. Ihsan :
Dilambangkan pada atap yang ketiga, maksudnya setiap orang islam wajib berbuat baik kepada ALLAH SWT, dan kepada semua umat manusia dimana saja, oleh siapa saja. 
Pada masa lalu Masjid Agung  Surakarta merupakan Masjid Agung Negara. Semua pegawai pada masjid agung merupakan abdi dalem keraton, degan gelar dari keraton misalnya Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (penghulu) dan lurah muadzin.
Masjid agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.Masjid agung merupakan kompleks bangunan seluas 19.180 m² yang dipisahkan oleh lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan masjid agung surakarta secara keseluruhan merupakan bangunan tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka.
Masjid Agung Surakarta terdiri dari :
1. Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya berbentuk kuncung. Seluas 53,86 x 25 m.
2. Ruang sholat utama, mempunyai 4 saka guru dan 12 saka rawa dengan mihrab dengan kelengkapan mimbar sebagai tempat khotib pada waktu sholat jum’at.
3. Pawastren (tempat sholat untuk wanita) dan balai musyawarah seluas 29,68 x 8,20 m.
4. Tempat wudlu.
5. Pangongan, terdapat dikiri kanan  pintu masuk masjid, bentuk dan ukuran sama yaitu berbentuk pendopo yang digunakan untuk tempat gamelan ketika upacara sekaten (upacara peringatan hari lahir Nabi Muhammad S.A.W)
6. Istal dan garasi kereta untuk raja ketika sholat jumat dan grebeg, diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid agung surakarta. 
7. Gedung PGA Negeri, didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono X (1914) dan menjadi milik kraton.
8. Menara adzan,mempunyai corak arsitektur menara kutab minar di India. Didirikan pada 1928.
9. Tugu Jam Istiwak, yaitu jam yang menggunakan patokan posisi matahari untuk menentukan waktu sholat.
10. Gedang selirang, merupakan bangunan yang dipergunakan untuk para abdi dalem yang mengurusi masjid agung.

0 komentar:

Posting Komentar